Kongres FOKKERMAPI 2012 dilanjutkan pada hari kedua, yaitu Selasa 6 November 2012.
Materi Kongres hari ke-2 ini cukup menarik, karena yang menjadi pembawa materi yaitu Wakil Ketua DPR RI, Bapak Priyo Budi Santoso.
Cukup menarik memang, apalagi beliau membawakan materi sambil sesekali mengajak peserta kongres ikut bernyanyi lagu-lagu kebangsaan Indonesia.

Adapun Bapak Priyo memaparkan mengenai keunggulan Demokrasi Indonesia menyangkut soal Pemilu, yang bahkan menurutnya melebihi Amerika Serikat.

(Meskipun akhirnya tidak jadi dipakai, ^.^ )

Bapak Priyo sedang membawakan paparan materi

Adapun saya sempat menulis beberapa hal dari materi yang disampaikan Bapak Priyo.

Beliau menegaskan bahwa tugas kita bukanlah menyeragamkan, tapi bagaimana perbedaan yang ada kita bawa dalam suatu persatuan.

Tentunya kita tak boleh pupus harapan dengan Indonesia ini.

Beliau menghimbau agar kita semua membangun persatuan dan kita cetuskan deklarasi resonansi kesadaran kolektif bagi seluruh rakyat bahwa perlu ada kesadaran kolektif untuk menangani masalah bangsa bersama.

terlihat banyak mahasiswa yang cukup antusias

Namun sayang, setelah materi yang dibawakan Wakil Ketua DPR RI selesai, suasana di dalam Auditorium Unsrat mulai tidak terkendali. Hal ini karena Bapak Priyo yang hanya membatasi sesi pertanyaan hanya untuk 3 orang saja, mengingat beliau akan segera melanjutkan perjalanannya ke Bali untuk menghadiri agenda pentingn lainnya.

banyak mahasiswa yang maju kedepan dan berebut pengeras suara untuk bertanya

panitia mulai berusaha mengatur situasi yang mulai kacau

Bapak Priyo mulai menjawab pertanyaan 3 mahasiswa yang bertanya

Wakil Ketua DPR RI berjalan meninggalkan auditorium

suasana mulai tidak terkendali karena banyak mahasiswa yang tidak merasa puas dengan singkatnya waktu berdialog

tidak terkendali lagi

Apakah seperti ini potret mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya?

Secara pribadi saya cukup heran apalagi dengan sikap yang ditunjukkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang telah diutus dari berbagai Universitas.

Beberapa dari mereka mulai menunjukkan sikap yang tidak simpatik berkenaan dengan waktu yang cukup singkat tuk bertemu dengan Wakil Ketua DPR RI.

Suasana dalam auditorium yang sedikit 'tegang'

Alasan untuk menyampaikan aspirasi kepada Wakil Rakyat harusnya tidak disampaikan dalam kondisi yang tidak kondusif.

Untung saja tidak sempat terjadi tindakan anarkis dari para mahasiswa.

Namun tentunya tetap saja sikap 'legowo' serta menjunjung tinggi nilai dan norma kesopanan sebagai kaum intelek mutlak harus ditunjukkan.

Aspirasi kepada pemerintah kan tidak hanya bertemu langsung dengan para pejabat pemerintah serta berteriak-teriak di depan mereka.

Aspirasi bisa disalurkan lewat tulisan di media massa ataupun di media blog seperti ini.

Saya pun menyayangkan bahwa sikap kritis dari beberapa teman mahasiswa tidak diimbangi dengan mengembangkan kemampuan serta metode yang dipakai untuk menyalurkan aspirasi.

Tentunya kita lihat masih terlalu banyak yang menyampaikan aspirasi dalam bentuk konvensional, yaitu Demonstrasi di lapangan.

Tapi coba kita berusaha mencari jalan lain yang kira-kira bisa lebih efektif serta tetap menjunjung tinggi norma dan kesopanan serta etika dalam menyampaikan aspirasi.

Namun, terlepas dari semua itu saya masih memiliki harapan bahwa kedepan nanti akan ada banyak pemimpin masa depan yang terlahir di Indonesia dan akan membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Hidup Indonesia !